Minggu, 03 November 2019

Zaman Batu Baru (Neolithikum), Apa itu ?...

Wawan Setiawan Tirta
Zaman Batu Baru (Neolithikum), Apa itu ?.| Zaman batu baru merupakan pembagian zaman praaksara dengan peninggalan-peninggalan hasil temuan berserajah baik bagi indonesia maupun dunia. Di Indonesia, zaman Neolithikum atau zaman batu baru dimulai sektiar 1.500 SM. Ciri-ciri zaman batu baru, antara lain sudah hidup menetap, makanan diproduksi sendiri dan diolah (food producing), serta hidup dari hasil bercocok tanam. Peralatan pada zaman batu baru telah diasah halus. Pada zaman ini terjadi revolusi kehidupan, yaitu perubahan dari kehidupan nomaden dengan food gathering menjadi menetap dengan food producing. Menurut hasil penelitian, manusia purba pada zaman ini telah berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Melayu Polinesia.  

Perkembangan kebudayaan pada zaman Neolithikum sudah sangat maju jika dibandingkan dengan masa sebelumnya. Pada masa ini terjadi migrasi secara bergelombang Proto Melayu dari wilayah Yunan di Cina Selatan ke Wilayah Asia Tenggara, termasuk ke Indonesia. Bangsa Proto Melayu tersebut membawa kebudayaan kapak persegi dan kapak lonjong serta menyebarkannya ke daerah-daerah yang dituju. Kedua kebudayaan itu akhirnya menjadi ciri khas kebudayaan Neolithikum. Pada zaman Neolithikum ini telah muncul keterampilan mengasah benda-benda hingga halus. Dengan demikian, benda-benda yang dihasilkan (kapak persegi dan kapak lonjong) sudah dibuat dengan teknik asahan yang sangat halus. Pada masa Neolithikum, kepandaian membuat benda-benda gerabah sudah semakin maju dan dibuat dengan teknik yang halus. Peninggalan budaya zaman Neolithikum ini terdapat hampir merata di seluruh Kepulauan Nusantara. 

Kapak persegi dibuat dari batu api kalsedon. Kapak persegi ditemukan di Sumatra, Jawa, Bali. Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Kalimantan. Di beberapa tempat di Jawa dan Sumatra juga ditemukan pusat-pusat kerajinan kapak persegi. Misalnya, di Lahat (Palembang) ; Bogor, Sukabumi, Purwakarta, Karawang, dan Tasikmalaya (Jawa Barat) ; dan di Pacitan serta lereng selatan Gunung Ijen di Banyuwangi (Jawa Timur). Variasi-variasi lain dari kapak persegi ini adalah kapak bahu, kapak tangga, kapak atap, kapak biola, dan kapak penarah. Kapak Lonjong adalah kapak yang penampangnya berbentuk lonjong atau bulat telur. Ujungnya yang agak lancip biasanya dipasangi tangkai, sedangkan ujung lainnya yang berbentuk bulat diasah hingga tajam. Ukuran kapak lonjong ada yang besar (walsenbeil) dan kecil (kleibeil). Kleibeil biasanya digunakan sebagai tanda wasiat. Kapak lonjong sering disebut dengan istilah Neolith Papua karena penyebarannya terbatas di daerah Papua dan dipakai oleh bangsa Papua Melanosoid. Di daerah lainnya, kapak lonjong juga ditemukan di Sulawesi, Sangihe Talaud, Flores, Maluku, Kepulauan Tanimbar, Leti, dan Maluku. 

Pada akhir zaman Neolithikum ini telah dikenal sistem kepercayaan dalam bentuk animisme dan dinamisme. Animisme adalah kepercayaan tentang adanya arwa nenek moyang yang memiliki kekuatan gaip, sedangkan dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan gaip. Mereka percaya bahwa ada kehidupan lain setelah mati sehingga diadakanlah berbagai upacara terutama bagi kepala sukunya. Mayat yang dikubur disertai dengan berbagai macam benda sebagai bekal di alam lain. Untuk tempat peringatan maka dibangunlah berbagai monumen (bangunan) yang rutin diberi sajian agar arwah yang meninggal (leluhur) melindungi dan memberikan kesejahteraan bagi sukunya. Menurut R.Soekmono, kebudayaan Neolithikum menjadi dasar kebudayaan Indonesia sekarang. Kebudayaan Neolithikum terbagi dua, yaitu kebudayaan kapak persegi dan kebudayaan kapak lonjong. Kapak persegi berbentuk persegi panjang atau trapesium. Kebudayaan kapak persegi berasal dari Asia daratan yang menyebar ke Indonesia melalui jalur barat, yaitu melalui Malaka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. 

Sekian artikel tentang Zaman Batu Baru (Neolithikum), Apa itu ?. semoga bermanfaat