Jumat, 08 November 2019

Peran Penyajian dan Pengemasan dalam Produksi Pengolahan Pangan

Wawan Setiawan Tirta
Pengemasan sudah dilakukan oleh manusia sejak mereka mengenal peradaban. Menurut catatan sejarah, pengemasan telah ada sejak 4000 SM, pada saat itu pengemasan masih dilakukan secara sederhana, yaitu dari bahan alami. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak pula pada pengemasan, yaitu perkembangan dalam hal bahan dan bentuk kemasan. ada zaman Paleolitik, perkembangan pengemasan bau sampai pada pembuatan keranjangdari rumput yang dijalain atau dari ranting-ranting kayu yang lentur.

Pada zaman Neolitik, mulai dikenal wadah dari logam yang dibentuk berupa cawan untuk minum seperti tanduk binatang. Pada zaman ini dikenal pula bentuk-bentuk kmasan seperti cawan, baki, dan benda lain yang terbuat dari tanah liat.

Pada zaman sumerian, kemasan jenis kaca sudah dikenal dengan jar kecil yang igunakan untuk mengemas cairan-cairan yang berharga atau ramuan obat atau parfum.

Pada tahun 750 terjadi penyebarluasan pemakaian botol, toples, dan tempayan yang terbuat dari tanah. Pengrajin yang terampil membuat kontainer keramik dan kontainer dekoratif lainya untuk menyimpan kemenyan, wewangian, dan salep.

Pada awal tahun 1800-an ketika populasi semakin tumbuh di Eropa dan Amerika, tong, kotak kayu, dan kantong serat digunakan secara luas sebagai material kemasan. Dengan permintaan barang konsumen yang semakin meningkat, perkembangan kaleng, aluminium, kaca, dan kantong kertas muncul sebagai sumber daya kemasan yang signifikan.

Pada tahun 1817 kotak kardus pertama kali dibuat di Inggris 200 tahun setelah orang Cina menemukan kertas, dan berubah menjadi perkembangan revolusioner pada akhir abad ke sembilan belas. Kemasan kardus diproduksi secara komersial pada tahun 1839.

Baru  pada  tahun  1980-an  di  mana  persaingan  dalam  dunia  usaha semakin  tajam  dan  kalangan  produsen  saling  berlomba  untuk  merebut perhatian  calon  konsumen,  bentuk  dan  model  kemasan  dirasakan  sangat penting peranannya dalam strategi pemasaran. Di sini kemasan harus mampu menarik  perhatian,  menggambarkan  keistimewaan  produk,  dan  “membujuk” konsumen.  Pada  saat  inilah  kemasan  mengambil  alih  tugas  penjualan  pada saat jual beli terjadi.

Pada akhir abad atau tahun 1990-an produsen dengan banyaknya merek-merek produk dijual bersamaan dengan yang mereka miliki, menyadari kebutuhan untuk menyertkan insinyur kemasan kedalam tim pengembangan produk dan desainer kemasan sebagai bagian tim pemasaran.

Penggunaan logam, kaca, kertas, disamping bahan kemas yang bersifat alami seperti kayu, daun, kulit hewan dan lain-lain, bahkan sekarang telah digunakan kemasan dengan variasi pada komposisi atmosfir di dalam kemasan, kemasan aseptik, kemasan transportasi dengan suhu rendah dan lain sebagainya.

Penyajian dan pengemasan memegang peranan penting dalam produksi pengolahan pangan. Mengapa? Tujuan dalam menyajikan makanan di piring/wadah adalah untuk menciptakan pengalaman bersantap yang menggoda seluruh indra, bukan hanya lidah sebagai indra perasa. Dengan penyajian olahan pangan/makanan yang menarik akan membangkitkan peredaran darah atau cairan dalam tubuh yang dapat membantu penyerapan nutrisi yang terkandung dalam makanan tersebut.

Ini dapat dikatakan bahwa olahan pangan yang menarik lebih sehat daripada yang tidak menarik. Dengan ditonjolkannya nilai estetik pada olahan makanan akan menimbulkan nafsu makan dan memberi kesan yang mendalam bagi konsumen. Selain itu, penyajian merupakan prinsip dari hygiene dan sanitasi makanan. Penyajian olahan pangan (makanan dan minuman) yang kurang memperhatikan kebersihan dan kerapian dapat mengurangi selera makan konsumen dan juga dapat menjadi penyebab kontaminasi bakteri.


Bahan kemasan, baik bahan logam, maupun bahan lain seperti plastik, gelas, kertas
dan karton seharusnya mempunyai 6 fungsi utama, yaitu :
  1. Menjaga produk bahan pangan tetap bersih dan merupakan pelindung terhadap kotoran dan kontaminasi lainnya.
  2. Melindungi makanan terhadap kerusakan fisik, perubahan kadar air, oksigen dan penyinaran (cahaya).
  3. Mempunyai fungsi yang baik, efisien dan ekonomis khususnya dalam proses pengepakan, yaitu selama penempatan bahan pangan ke daalm wadah kemasan.
  4. Mempunyai kemudahan dalam membuka atau menutup dan juga memudahkan dalam tahap-tahap penanganan, pengangkutan dan di stribusi.
  5. Mempunyai ukuran, bentuk dan bobot yang sesuai dengan norma atau standar yang ada, mudah dibuang, dan mudah dibentuk atau dicetak.
  6. Menampakkan identifikasi, informasi dan penampilan yang jelas clan makanan di dalamnya agar dapat membantu promosi atau penjualan.
Adapun, saat ini sudah marak layanan pesan-antar pembelian produk olahan pangan. Oleh karena itu, penting kiranya untuk memperhatikan pengemasan produk olahan agar produknya terlndungi dari berbagai getaran/benturan. dan pencemaran atau kontaminasi bakteri. Fungsi dari pengemasan suatu produk olahan pangan adalah untuk melindungi isi produk olahan pangan dari berbagai risiko dari luar, misalnya perlindungan dari sinar panas matahari, udara dingin, bau dan pencemaran atau kontaminasi bakteri/mikroorganisme. Selain itu, wadah kemasan juga berfungsi untuk memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi, serta berfungsi sebagai daya tari konsumen dan ajang promosi produk sehingga menghasilkan keuntungan secara ekonomi. Oleh karena itu kreativitas dalam mendesain kemasan sangat diperlukan, misalnya bentuk, warna dan dekorasi dari kemasan. Kreativitas dalam penyajian dan pengemasan harus selalu digali untuk dapat menciptakan wadah penyajian dan kemasan yang inovatif.

Pada prinsipnya penyajian dan pengemasan harus sesuai dengan kebutuhan dan fungsi dari produk olahan pangan tersebut. Selain kualitas dari olahan pangan, tampilan dari penyajian dan pengemasan akan memberikan karakter pada olahan pangan dan memberikan prospek ekonomi yang menguntungkan.

Jenis Kemasan Berdasarkan Frekuensi Pemakaian
Berdasarkan frekuensi pemakaian, maka kemasan dibagi menjadi beberapa
macam, yaitu :
  1. Kemasan sekali pakai (disposable), yaitu kemasan yang langsung dibuang setelah satu kali pakai. Contohnya bungkus plastik untuk es, bungkus permen dari kertas atau plastik, bungkus yang berasal dari daun-daunan, kaleng hermetis, karton dus.
  2. Kemasan yang dapat dipakai berulang kali (multi trip), yaitu wadah yang pada umumnya tidak dibuang oleh konsumen setelah isinya habis, akan tetapi dikembalikan lagi pada agen penjual untuk kemudian dimanfaatkan ulang oleh pabrik. Contohnya beberapa jen is botol minuman, botol kecap.
  3. Kemasan atau wadah yang tidak dibuang atau dikembalikan oleh konsumen (semi disposable), yaitu wadah yang setelah isi nya habis kemudian dipergunakan untuk kepentingan lain. Contohnya beberapa jenis botol dan kaleng.
Jenis Kemasan Berdasarkan Struktur Sistem Kemasan
Berdasarkan letak atau kedudukan suatu bahan kemas di dalam sistem kemasan keseluruhan dapat dibedakan atas :
  1. Kemasan primer, yaitu apabila bahan kemas langsung mewadahi atau membungkus bahan pangan.
  2. Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok -kelompok kemasan lainnya.
  3. Kemasan tersier dan kuartener, yaitu apabila masih diperlukan lagi pengemasan setelah kemasan primer dan sekunder (kemasan tersier) dan kemasan tersier (kemasan kuartener).
Jenis Kemasan Berdasarkan Kekerasan

Bentuk wadah berdasarkan kekerasannya terbagi atas : Kemasan kaku (rigid), kemasan semi kaku (semi rigid) dan kemasan lentur (flexible).
  1. Kemasan kaku, yaitu bila bahan kemas bersifat keras, kaku, tidak tahan lenturan, patah bila dibengkokkan secara paksa. Relatif lebih teba! daripada kemasan lentur. Contoh dari kemasan kaku, yaitu : Kemasan kaca dengan bentuk botol, jar dan lain-lain, kemasan logam dengan bentuk - kaleng, kemasan komposit (majemuk), kemasan aerosol, kemasan plastik tegar dengan bentuk botol, peti dan lain-lain, kemasan karton bergelombang, kemasan kayu dalam bentuk kotak dan krat, kemasan silindris.
  2. Kemasan semi kaku atau semi lentur, yaitu bahan kemas yang memiliki sifat-sifatantara kemasan lentur dan kemasan kaku. Kemasan ini tidak berubah bentuknya oleh isinya, tidak mudah menjadi bengkok atau berlekuk. Contoh kemasan semi lentur, yaitu : Kemasan alumunium, kemasan kotak kerat karton yang tegak, kemasan karton yang dapat dilipat, kemasan kulit kayu dengan bentuk sangat bervariasi.
  3. Kemasan Lentur atau fleksibel, yaitu bila bahan kemas mudah dilenturkan tanpa adanya retak atau patah , bahan kemas umumnya tipis. Contoh kemasan lentur : Pembungkus, kantung, sak, dus dan tabung fleksibel.
Jenis Kemasan Berdasarkan Tingkat Kesiapan Pakai
Tipe wadah berdasarkan tingkat kesiapan pakai terbagi dalam :
  1. Wadah siap pakai, yaitu bahan kemas yang siap untuk diisi dengan bentuk yang telah sempurna sejak keluar dari pabrik, contohnya botol, wadah kaleng dan sebagainya.
  2. Wadah siap rakit atau disebut juga wadah lipatan, yaitu kemasan yang masih memerlukan tahap perakitan sebelum pengisian, misalnya kaleng yang keluar dari pabrik dalam bentuk Iempengan (flat) atau silinder collapsible, wadah yang terbuat dari kertas, foil atau plastik. Keuntungan kemas siap rakit adalah penghematan ruang dalam pengangkutan serta kebebasan dalam menentukan ukuran.
Jenis Kemasan Berdasarkan Sifat Perlindungan
Berdasarkan sifat perlindungan terhadap lingkungan terdapat 3 tipe kemasan, yaitu
  1. Kemasan tertutup hermetis (tahan uap dan gas), yaitu wadah yang secara sempuma tidak dapat dilalui oleh gas, udara maupun uap air. Selama masih tertutup hermetis maka wadah tersebut juga tidak dapat dilalui oleh bakteri, ragi, kapang dan debu. Wadah-wadah yang biasanya digunakan untuk pengemasan secara hermetis adalah kaleng dan botol gelas, tetapi penutupan atau penyumbatan yang salah dapat mengakibatkan wadah tidak lagi hermetis. Wadah fleksibel tidak selalu hermetis, karena beberapa diantaranya dapat ditembus uap air atau gas. Kemasan hermetis masih bisa memberkan bau (odor) yang berasal dari wadah itu sendiri, misalnya pada wadah kaleng yang tidak berenamel
  2. Kemasan tahan cahaya, yaitu wadah yang tidak bersifat transparan, misalnya kemasan logam, kertas, foil, botol atau gelas yang gelap atau keruh. Kemasan tahan cahaya sangat cocok untuk bahan pangan yang mengandung lemak dan vitamin yang tinggi, serta makanan yang difermentasi (cahaya dapat mengaktifkan reaksi kimia dan aktifitas enzim).
  3. Kemasan tahan suhu tinggi, jenis wadah ini digunakan untuk bahan pangan yang memerlukan proses pemanasan, sterilisasi atau pasteurisasi. Umumnya wadah logam dan gelas digunakan untuk produk yang diproses dengan suhu tiinggi, sedangkan kemasan fleksibel tidak tahan panas sehingga tidak digunakan untuk produk yang diproses dengan suhu tinggi. Hal yang perlu diperhatikan pada wadah yang terbuat dari logam, yaitu perbedaan suhu antara bagian dalam dan bagian luar tidak melebihi 45°C.